Minggu

Ilmu Sosial Dasar IV



Permasalahan Sosial dalam Lingkup Individu, Keluarga dan Masyarakat


Manusia Sebagai Makhluk Hidup
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khsa didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hamper identik dengan tingkah laku masa.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesame manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.

Pertumbuhan Individu
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan keselurhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri khas tersendiri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Timbul berbagai pendapat dari berbagai aliran mengenai pertumbuhan. Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan asosiasi. Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.
Menurut aliran psikologi gestalt pertmbuhan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan sedang bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Jadi menurut proses ini keselurhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul bagian-bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ini adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yangsemula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
Konsep aliran sosiologi tentang pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
1. Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir
2. Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan individu semata-nmata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berperan sama sekali.
3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan individu.

Tahap pertumbuhan individu berdasarkan psikologi :
1. Masa vital yaitu dari usia 0.0 sampai kira-kira 2 tahun.
2. Masa estetik dari umur kira-kira 2 tahun sampai kira-kira 7 tahun
3. Masa intelektual dari kira-kria 7 tahun sampai kira-kira 13 tahun atau 14 tahun
4. Masa sosial, kira-kira umur 13 atau 14 tahun sampai kira-kira 20 – 21 tahun

Masalah sosial dalam masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Masalah sosial muncul dari berbagai kekurangan dari manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis,biologis,biopsikologis dan kebudayaan.Berikut ini klasifikasi masalah sosial didasarkkan atas sumber sumber tersebut
Keluarga merupakan asal dasar permulaan hidup manusia, karenanya bila terjadi masalah dalam keluarga tentunya akan mempengaruhi keadaan sosial dari anggota keluaganya. Contoh dari masalah-masalah sosial terjadi dalam keluarga antara lain :

1. Permasalahan perceraian orang tua
Permasalahan perceraian orang tua merupakan salah satu masalah sosial dalam keluaga yang cukup banyak terjadi dilingkungan kita saat ini. Masalah ini akan lebih menekan keadaan sosial dari anak-anak nya dalam keluarga. Anak yang ayah dan ibunya berpisah biasanya akan selalu menyendiri atau terkadang anak menjadi susah dikendalikan, alhasil anak-anak dari keluaga tersebut akan lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan yang berada disekitarnya. Contoh : Bani adalah anak dari keluarga yang orang tuanya berpisah. Karena hal itu  Bani lebih sering diluar rumah dibandingkan dengan dirumahnya. Sampai-sampai ia membenci orang tuanya. Ia lebih percaya dengan temannya dibandingkan orang tuanya sehingga ia terbawa dengan temannya, ia mulai mengikuti temannya seperti merokok. Dan pada akhirnya ia ikut-ikutan temannya mencoba narkoba sampai akhirnya ia kecanduan narkoba. Dari contoh tersebut dapat kita simpulkan bahwa perceraian orang tua merupakan masalah sosial keluarga yang sangat mempengeruhi mental anak sehingga menjadi lemah dan kehilangan akal sehatnya. Oleh sebab itu, orang yang mengalami seperti ini harus diberikan perhatian khusus sehingga tidak terjebak dalam lingkungan sosialnya yang negatif.

2. Permasalahan Perekonomian
Masalah Perekonomian merupakan salah satu faktor yang memicu masalah sosial dalam keluarga. Keadaan ekonomi yang kurang menentu kadang membuat seluruh anggota keluarga tersebut  bertindak secara tidak rasional dan menghilangkan nilai moralnya. contohnya : Redy seorang anak dari keluarga yang bercukupan. Namun pada suatu hari ia ingin mengupgrade komputernya. Setelah itu ia meminta pada orang tuanya, namun sayang orang tuanya akhirnya menolaknya dengan alasan hal tersebut tidak terlalu mendesak namun Redy memaksa. Namun akhirnya ia hanya mendapatkan amarah orang tuanya yang sudah kelelahan mecari uang. akhirnya Redy mencuri uang orang tuanya secara diam-diam untuk membeli apa yang dia inginkan. Dari contoh tersebut walaupun tidak secara langsung masalah terjadi dalam keluarga namun salah anggota keluarga akan merasakan suatu tekanan sehingga ia akan berbuat tanpa berfikir dengan jernih.

3. Permasalahan Harmonisasi keluarga
Harmonisasi Keluarga merupakan masalah sosial dalam keluarga. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perceraian orang tua. Ketidak harmonisan membuat anggota keluarga tidak betah berkumpul bersama keluarga bahkan hingga tidak betah terhadap rumahnya sendiri. Sehingga keluarga tersebut lebih senang aktivitas personalnya diluar rumah. permasalahan sosial ini tentunya akan mempengaruhi keadaan mental dan psikis anggota keluarga tersebut terlebih lagi anak-anak. Anak-anak akan merasa tertekan dan merasa kurang betah bahkan membenci keluarganya. contoh: Pangki merupakan anak tunggal dari pengusaha kaya. Namun sayangnya dirumahnya ia hanya mendapatkan pertengkaran-pertengkaran dari orang tuanya, alhasil ia kekurangan orang tuanya. Setiap ia bersama orang tuanya ia hanya mendapatkan amarahnya saja. Akhirnya Pangki pun stress dan kabur keluar rumah, ia mengikuti ajakan teman-temanya yang negatif. dan akhirnya ia moralnya menjadi rusak dan tak terkendali lagi. Dari contoh diatas seseorang dari keluarga yang tidak harmonis akan kekurangan perhatian dan kasih sayang. Oleh karenanya orang dalam masalah sosial tersebut harus mendapatkan arahan dan kasih sayang yang positif dari lingkungannya.

4. Permasalahan lingkungan sosial
Permasalahan yang satu ini pasti akan dirasakan pada setiap keluarga. Setiap keluarga pastinya akan melakukan interaksi pada lingkungan sosialnya. Lingkungan akan dengan cepat menilai keadaan sosial dalam keluarga tersebut. Namun lingkungan sosial dapat membuat masalah dalam sebuah keluarga. Contoh: keluarga Rezy merupakan keluarga yang baik dan bermoral. Namun pada suatu saat keluarga tersebut pindah dalam suatu lingkungan yang kurang baik. Setelah beberapa lama anak-anak dari Rezy menjadi pembantah semua, akhirnya sering terjadi pertengkaran keluarga dan menyebabkan keluarga tidak harmonis lagi. Dari contoh diatas lingkungan sosial merupakan suatu masalah dalam keluarga. Apabila keluarga tidak memiliki moral yang kuat maka lingkungan akan dengan mudah menggoyahkan keluarga tersebut. Oleh karena itu untuk menghadapinya keluarga harus ditanamkan moral dan prinsip secara konsisten sehingga tidak mudah terpengaruh terhadap lingkungan sosial.
Dari beberapa permasalahan yang dibahas ada beberapa faktor yang cukup membuat masalah sosial dalam keluarga yaitu faktor moral, prinsip, keyakinan, dan sosialisasi. oleh sebab itu keluarga harus menanamkan moral, prinsip, keyakinan, dan sosialisasi semenjak dini sehingga sudah tertanam kuat dalam masing-masing anggota keluarga.





Source :
  1. http://fuadbaskara.blogspot.co.id/2012/10/manusia-sebagai-mahluk-individu.html
  2. https://www.google.co.id/search?q=ilmu+sosial+dasar&oq=ilmu+sosial+dasar&aqs=chrome..69i57j0l5.4466j0j8&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8#q=contoh+masalah+individu+keluarga+dan+masyarakat

Ilmu Sosial Dasar III



PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERKEMBANGAN SOSIAL


A.PERKEMBANGAN SOSIAL
1.Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial
            Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak- anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan. Lingkungan itu dapat dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan,  terutama kehidupan sosio- psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak saat bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana. Sepanjang kehidupannya pola aktivitas sosial anak mulai terbentuk. Menurut Piaget interaksi sosial anak pada tahun pertama sangat terbatas, terutama hanya dengan Ibunya. Perilaku sosial anak tersebut berpusat pada akunya atau egocentric dan hampir keseluruhan perilakunya berpusat pada dirinya. Bayi belum banyak memperhatikan lingkungannya; dengan demikian apabila kebutuhan dirinya telah terpenuhi, bayi itu tidak peduli lagi terhadap lingkungannya, sisa waktu hidupnya digunakan untuk tidur. Pada tahun kedua, anak sudah belajar kata “tidak” dan sudah mulai belajar “menolak” lingkungan, seperti mengatakan “tidak mau ini”,”tidak mau itu”,”tidak pergi”, dan semacamnya. Anak telah mulai mereaksi lingkungan secara aktif, ia telah belajar membedakan dirinya daripada orang lain, perilaku emosionalnya telah mulai berkembang dan lebih berperan. Perkenalan dan pergaulan dengan manusia lain segera menjadi semakin luas; ia mengenal kedua orang tuanya, anggota keluarganya, teman bermain sebaya, dan teman- teman sekolahnya. Pada umur- umur selanjutnya, anak mulai belajar di sekolah, mereka mulai belajar mengembangkan interaksi sosial dengan belajar menerima pandangan kelompok (masyarakat), memahami tanggung jawab dan pengertian dengan orang lain. Menginjak masa remaja, interaksi dan pengenalan atau pergaulan dengan teman sebaya terutama lawan jenis menjadi semakin penting. Pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan.
            Kebutuhan bergaul dan berhubungan dengan orang lain, telah mulai dirasakan sejak anak berumur enam bulan, di saat anak itu telah mampu mengenal manusia lain, terutama Ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mengenal dan mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial yang lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Akhirnya setiap orang menyadari bahwa manusia saling membutuhkan.

2.Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
            Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok  remaja, kelompok anak- anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena disamping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
            Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erick Erickson (dalam Lefton, 1982: 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami krisis identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya. Erickson mengemukakan bahwa perkembangan anak sampai jenjang dewasa melalui 8 (delapan) tahap dan perkembangan remaja ini berada pada tahap keenam dan ketujuh, yaitu masa anak ingin menentukan jati dirinya dan memilih kawan akrabnya. Seringkali anak menemukan jati dirinya sesuai dengan atau berdasarkan pada situasi kehidupan yang mereka alami. Banyak remaja yang amat percaya pada kelompok mereka dalam menemukan jati diri seseorang yang didorong oleh pengaruh sosiokultural.Tidak seperti halnya pandangan Freud, kehidupan sosial remaja (pergaulan dengan sesama remaja terutama dengan lawan jenis) didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual. Semua perilaku sosial didorong oleh kepentingan seksual.
            Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Dalam menetapkan pilihan kelompok yang diikuti, didasari oleh berbagai penimbangan, seperti moral, sosial ekonomi, minat dan kesamaan bakat, dan kemampuan. Baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh remaja dan paling rumit adalah faktor penyesuaian diri.
            Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi aturan kelompok. Sekalipun dalam hal- hal tertentu tindakan suatu kelompok kurang memperhatikan norma umum yang berlaku di dalam masyarakat, karena yang lebih diperhatikan adalah keutuhan kelompoknya.
            Penyesuaian diri di dalam kelompok kecil, kelompok yang terdiri dari pasangan remaja berbeda jenis sekalipun, tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian akan kekurangan masing- masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau tindakan dominasi terhadap pasangannya, diperlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan menyeimbangkan pengendalian emosional. Dalam hal hubungan sosial yang lebih khusus, yang mengarah ke pemilihan pasangan hidup, pertimbangan faktor agama dan suku ini bukan saja menjadi kepentingan masing- masing individu yang bersangkutan, tetapi dapat menyangkut kepentingan keluarga dan kelompok yang lebih besar (sesama agama atau sesama suku).

3.Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
            Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : keluargakematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

a.    Keluarga
            Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Di dalam keluarga berlaku norma- norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.


b.    Kematangan
            Bersosialisasi memrlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial,memberi dan menerima pendapat orang lain,memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Dengan demikian,untuk mampu bersosialisasi dengan baik di perlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

c.    Status Sosial Ekonomi
            Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,bukan sebagai anak yang independen,akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu,”ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Sehubungan dengan hal itu,dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi  keluarganya . Dalam hal tertentu ,maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini akan berakibat lebih jauh,yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

d.    Pendidikan
            Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

e.     Kapasitas Mental (Emosi dan Inteligensi)
            Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi banyak hal,seperti kemampuan belajar,memecahkan masalah dan berbahasa. Perkembangan emosi, seperti yang telah diuraikan, berpengaruh sekali keberhasilan terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu,kemampuan intelektual tinggi,kemampuan berbahasa baik,dan pengendalian emisional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
            Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi. Seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya,karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.

4. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
            Dalam perkembangan sosial para dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri,yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain,bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri,hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima,karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari –hari.
            Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori -teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,termasuk orangtuanya. Setiap pendapat oranglain dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan.Sikap kritis ini juga ditunjukan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya,sehingga tata cara,adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
            Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa – peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi ) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
            Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja.
1) Cita –cita dan idealisme yang baik,terlalu menitikberatkan pikiran sendiri,tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2) Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan oranglain mengenai dirinya.
            
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena disangkanya, perang lain sepikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan “seperti” selalu diamati orang lain, perasaan malu, dan membatasi gerak geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.
            Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana remaja itu justru melebih –lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan. Aktivitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang membahayakan.
            Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain,maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosintrisitas sudah sedemikian kecilnya,sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanopa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.


5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
            Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang,baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek,terdapat perbedaan individual manusia,yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
            Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia(anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh,alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat,kemampuan,dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok – kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah memulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat,maka telah mempelajari pola – pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.


6. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan

            Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia (mereka) bel;um memahami benar tentang norma – norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena ia (mereka) sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Kesepakatan norma kehidupan remaja yang berbeda dengan kelompok lain,mungkin kelompok remaja lain, kelompok dewasa, dan kelompok anak –anak, akan dapat menimbulkan perilaku social  yang kurang atau tidak dapat diterima oleh umum. Tidak sedikit perilaku yang belebihan (over acting) akan muncul.
            Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsangan kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima khalayak. Kelompok olahraga,koperasi,kesenian dan semacamnya di bawah asuhan para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat didalam kehidupan masyrakat perlu banyak dibentuk. Khusus didalam sekolah perlu sering diadakan kegiatan bakti social,bakti karya, dan kelompok – kelompok belajar dibawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini hendaknya di kembangluaskan.     
  
B.PERKEMBANGAN BAHASA
1. Pengertian Perkembangan Bahasa

Sesuai dengan fungsinya,bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa diperlukan sejak manusia bayi dan mulai berkomunikasi dengan orang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang bebrarti faktor intelek sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal lain, meniru dan mengulang kata yang diucapkan oleh orang lain yang merupakan cara belajar bahasa awal pada bayi. Manusia dewasa (terutama ibunya) di sekelilingnya membetulkan dan memperjelas kata-kata yang salah. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6 - 7 tahun, di saat anak mulai bersekolah.

2. karakteristik perkembangan bahasa remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan. Dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkunga remaja encakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulanteman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat terkadang sangat menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok teman sebaya.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat yang terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial yang baik, akan menggunakan istilah-istilah yang lebih efektif, dan pada umunya anak-anak remajanya juga juga berbahasa secara lebih baik.

3. Faktor- faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa

Bebahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada perkembangan bahasa terdapat 2 faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor biologis, umur dan kecerdasan anak, dan faktor lingkungan.

1. Faktor Biologis

Ada beberapa komponen dalam membahas faktor biologis di perkembangan bahasa, di antaranya :

 Evolusi Biologis
      Para ahli percaya bahwa evolusi biologis membentuk manusia ke dalam makhluk linguistik. Berkenaan dengan evolusi biologis,otak, sistem syaraf dan sistem vokal berubah selama beratus-ratus ribu tahun. Diperkirakan manusia mendapat bahasa bervariasi selama beribu tahun yang lalu.


 Ikatan Bilogis
      Anak-anak dilahirkan di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa (language acquisition device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak mendeteksi bahasa tertentu. LAD adalah suatu kemampuan gramatikal yang dibawa sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia.

Peranan Otak dalam Perkembangan Bahasa
      Berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry ( Santrock & Yussen) bahwa proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak sebelah kiri.Jadi apabila ada seseorang yang mengalami gangguan otak terutama otak kiri,pasti dia akan sulit untuk melakukan perkembangan bahasa. Karena pada otak kiri terdapat suatu area yang bernama ” wernick’s area” yang berfungsi untuk pemahaman bahasa.Dan apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini sering terjadi pembicaraan yang tak berarti atau mengoceh.

Apakah Binatang Memiliki Bahasa?
      Pada kenyataannya tidaklah diragukan bahwa beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi yang menakjubkan dan sederhana, serta komunikasinya yaitu adaptif dalam memberikan tanda bahaya, ada makanan dan kebutuhan seksual.

Periode Kritis Belajar Bahasa
      Masa yang sangat penting untuk mengembangkan dialek bahasa anak yaitu pada usia sebelum 12 tahun. Untuk memahami periode kritis belajar bahasa kita dapat melihat contoh yaitu dimana ada seorang anak yang dari kecil dibesarkan di lingkungan yang salah. Dia dibesarkan oleh keluarga dengan cara kekerasan dan tidak diajarkan bahasa sama sekali, sehingga dia tidak dapat berbicara hingga umur 12 tahun lebih. Dan ketika ditemukan dan anak itu diberi latihan untuk bicara, dia hanya mampu mengucapkan beberapa kata saja.

Dengan kejadian ini kita tahu bahwa mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini, dan tidak hanya melihat dari faktor biologis saja, tetapi harus melihat faktor lingkungan, karena merupakan faktor penting dalam pengembangan bahasa.

2.  Umur dan Kecerdasan Anak
          Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman , dan meningkat kebutuhannya. bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. factor fisik akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
            Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motrik yang baik. kemampuan motorik seseorang berkolerasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berfikir. ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat.

3.  Faktor Lingkungan
          Seperti kita tahu bahwa dalam belajar bahasa kita tidak dapat melakukan dalam keadaan sepi tetapi kita membutuhkan interaksi dengan orang lain. Terdapat beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa dan pandangan behavioral.

·  Perubahan Kultural dan Konteks Sosiokultural Bahasa
Kekuatan sosial membuat manusia untuk lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang lain.Konteks sosiokultural terus menerus memainkan suatu peranan yang penting dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky mengemukakan bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu perkembangan bahasa anak. Serta psikologi lain yaitu Brunner juga menekankan bahwa orang dewasa atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan komunikasi anak . Jadi begitu besar peranan orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa anak, agar anak mencapai perkembangan yang optimal.

·  Dukungan Sosial untuk Perkembangan Bahasa
Terdapat dukungan sosial dalam perkembangan bahasa anak yaitu:
a) Motherese yaitu cara seorang ibu dalam berkomunikasi dengan bayi, serta dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana. Motherese sulit dilakukan tanpa adanya bayi, tetapi motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak sejak usia dini.
b) Recasting yaitu membuat frase yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda, mungkin dengan cara mengemukakannya dalam pertanyaan,
c) Echoing yaitu mengulangi apa yang akan dikatakan kepada kita, terutama jika kata-kata tersebut belum benar.
d) Expanding yaitu menyatakan kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik yang lebih baik.

          Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam perkembangan bahasa anak,karena peranannya sebagai model bahasa dan pengoreksi atas kesalahan anak. Jadi apabila orang tua dan guru dapat berperan aktif , maka anak akan mengalami perkembangan bahasa yang positif.
Perkembangan bahasa yeng menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas.Selain itu, sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain hendaknyadisediakan di sekolah maupun di rumah. 



Source: